Kamis, 17 September 2009

SBY Kepada Khamenei: Sikap Indonesia di DK PBB Hasil Perenungan

Presiden RI Susilo Bambang YUdhoyono hari Selasa (11/3) sore waktu setempat mengunjungi Supreme Leader atau pemimpin tertinggi spiritual Iran, Ayatollah Ali Khamenei, di kantornya yang berada di kota Teheran.


SBY bertemu dengan imam tertinggi Iran itu, didampingi Presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad. Turut pula mendampingi Presiden adalah Menlu Hassan Wirajuda, Mensesneg Hatta Rajasa, Menteri Agama Maftuh Basyuni, Wakil Ketua DPD-RI Erman Gusman, serta anggota DPR-RI, Arief Mudasir.


Pertemuan berlangsung akrab, sekitar 1 jam. Ayatollah Ali Hosayni Khamenei lahir bulan Juli tahun 1939, Mashhad, Provinsi Razavi Khorasan. (win, nas)

Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam Iran, Ayatullah Ali Khamenei menyatakan, dengan persatuan dan perluasan kerjasama ilmiah, ekonomi, budaya, dan diplomatik, dunia Islam dapat berubah menjadi kekuatan besar.

Ali Khamenei menilai AS selalu menggunakan logika represif seraya mengatakan, menyerah di hadapan kaum arogan hanya akan menimbulkan keterbelakangan.

Ali Khamenei menilai sikap pemerintah Indonesia terkait resolusi baru anti-Iran oleh Dewan Keamanan PBB sebagai sebuah langkah berani. Ditegaskan beliau , “Sudah pasti keputusan ini akan meningkatkan kredibilitas bangsa dan pemerintah”. Indonesia menyatakan abstain terhadap resolusi anti-Iran oleh Dewan Keamanan PBB yang dirilis beberapa waktu lalu.

Di bagian lain pernyataannya, Ali Khamenei menandaskan, Gerakan Non-Blok merupakan simbol independensi negara-negara dunia. Beliau juga berharap gerakan ini terus tampil proaktif sebagaimana tujuan yang telah ditetapkan.

Menyinggung upaya AS dan Zionis-Israel untuk memberangus bangsa Palestina, Ali Khamenei mengatakan, “Perjuangan bangsa Palestina menunjukkan bahwa bangsa ini hidup dan berani, dan dunia Islam harus mendukung mereka”.

Di lain pihak, Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, pada pertemuan tersebut menilai sikap pemerintah Indonesia terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB sebagai hasil dari perenungan dan pemikiran yang telah dilakukan sebelumnya.

SBY mengatakan, “Di Dewan Keamanan PBB, Indonesia mengambil sikap yang berbeda tentang kasus nuklir Iran mengingat tidak ada alasan untuk menjatuhkan sanksi terhadap Tehran.” Ditegaskannya pula bahwa masalah ini harus dipandang sebagai bagian dari masalah teknis di Badan Energi Atom Internasional (IAEA).

Ia menambahkan, perlawanan terhadap unilateralisme, ketidakadilan di dunia, serta perluasan kerjasama dengan negara-negara Islam dan anggota GNB merupakan bagian dari prioritas politik Indonesia.

Menyinggung kekayaan khazanah budaya dan peradaban Iran, SBY menyampaikan kesiapan Indonesia untuk memperluas kerjasama di berbagai bidang dan keinginan Jakarta untuk menimba pengalaman ilmiah Tehran.
Bookmark and Share

Tidak ada komentar: