Kamis, 17 September 2009

MAN Hormati Perempuan Tanpa Gembar Gembor Feminisme

Marzieh Marzieh Vahid-Dastjerdi adalah perempuan pertama yang menjadi menteri di Iran. Sebelumnya, perempuan mendapatkan posisi sebagai salah satu wakil presiden sejak Khatami hingga Ahmadinejad pada periode pertama.

Marzieh Vahid-Dastjerdi lahir di Teheran tahun 1959. Ia memang bukan perempuan sembarangan. Dia seorang guru besar di Universitas Teheran dan mantan anggota parlemen. Dia adalah menteri perempuan pertama di Iran sejak revolusi Iran tahun 1979, tetapi merupakan menteri perempuan ketiga sepanjang sejarah Iran setelah Farrokhroo Parsa dan Mahnaz Afkhami.

Marzieh mempelajari ilmu kedokteran di Universitas Teheran. Dia kemudian mengambil spesialisasi ginekologi dan terus mendalami bidang itu sehingga menjadi salah seorang pakar ginekolog di Iran. Karena itu, pencalonan dia oleh Presiden Mahmoud Ahmadinejad sebagai Menteri Kesehatan dan Pendidikan Medis memang sesuai dengan kapabilitas Marzieh.

Pada pemungutan suara di Majlis atau parlemen Iran, Marzieh mendapatkan dukungan 175 suara, 82 suara menolak, dan 29 suara abstain. Hasil itu berarti secara mayoritas anggota Majlis setuju dengan penunjukan Marzieh sebagai Menteri Kesehatan dan Pendidikan Medis.

Alireza Marandi, salah seorang anggota parlemen dari daerah pemilihan Teheran, seperti dikutip PressTV, mengungkapkan keyakinannya bahwa Marzieh Vahid-Dastjerdi akan berhasil dalam mewujudkan berbagai rencananya.

”Keadilan di bidang kesehatan adalah satu dari rencana paling penting dari Marzieh Vahid-Dastjerdi,” ungkapnya.

Aktivis sejak muda

Meski bukan seorang pesohor, reputasi Marzieh sebagai ginekolog sangat diakui. Sejak muda Marzieh juga merupakan aktivis yang giat menyuarakan kepentingan orang banyak. Pada tahun 1993, misalnya, dia bersama beberapa temannya mendirikan Asosiasi Dokter Islam, sebuah partai politik.

Sebelumnya, pada pemilihan umum tahun 1992, Marzieh terpilih menjadi anggota Majlis-e Shora-ye Islamic (Majelis Konsultatif Islam/Parlemen Iran) mewakili Teheran (1992-1996). Dia terpilih kembali sebagai anggota Majlis tahun 1996. Bahkan, Marzieh kemudian terpilih sebagai Ketua Komite Majlis untuk urusan Perempuan, Keluarga, dan Pemuda pada tahun 1997.

Sebagai politisi, Marzieh tidak menanggalkan karakter aktivisnya. Pada Mei 1999, misalnya, dia berpidato di depan sebuah aksi unjuk rasa di Teheran untuk memprotes larangan menggunakan jilbab di parlemen Turki. Dia mengecam keras pelarangan itu sebagai sebuah permusuhan terhadap Muslim dan sebuah kejahatan terhadap hak-hak asasi manusia.

Kiprahnya di parlemen pun cukup menonjol. Marzieh membantu menyusun sebuah rancangan aturan pemisahan pasien berdasarkan jenis kelamin di rumah sakit-rumah sakit dan lembaga-lembaga media agar sesuai dengan syariah.

Rencana itu, jika dijalankan, mengharuskan adanya rumah sakit-rumah sakit khusus untuk perempuan, dengan seluruh dokter, para perawat, dan anggota stafnya adalah perempuan. Itu secara otomatis merupakan upaya untuk meningkatkan derajat perempuan. Selain juga guna mendorong perempuan Iran untuk berpendidikan tinggi, berkeahlian, dan mempunyai keterampilan.

Akan tetapi, usulan itu kemudian ditolak karena alasan biaya, setelah mendapat banyak kritik dari para dokter dan tenaga-tenaga profesional kesehatan. Meski demikian, sebuah rencana untuk memisahkan rumah sakit di Iran berdasarkan jender, yang didasarkan atas usulan asli Marzieh tersebut, kemudian diberlakukan tahun 2006.

”Perempuan harus berperan lebih besar dalam urusan-urusan negara,” ungkap Marzieh ketika menempuh tahapan semacam uji kelayakan dan kepatutan di depan parlemen terkait pencalonannya sebagai menteri kesehatan.

Pemikiran Marzieh yang ingin memisahkan rumah sakit perempuan dengan rumah sakit laki-laki itu oleh beberapa kalangan diartikan sebagai pandangan yang konservatif. Oleh karena itulah, para pejuang hak-hak perempuan di Iran meragukan Marzieh akan giat memperjuangkan hak-hak perempuan Iran.

Kesehatan perempuan

Marzieh yang sebelumnya tidak pernah berkiprah di pemerintahan hadir di jajaran kabinet dengan sebuah rencana besar selama empat tahun masa jabatannya sebagai menteri kesehatan. Dia berjanji meningkatkan fokus sektor kesehatan pada ”Semua hal yang berkaitan dengan kesehatan perempuan.”

”Saya bermaksud memperluas cakupan asuransi kesehatan, berbagai fasilitas kesehatan di desa-desa, dan wilayah-wilayah yang dekat dengan perkotaan,” paparnya, seperti diberitakan portal bisnis Maktoob Business.

Lebih khusus Marzieh ingin agar Iran bisa meningkatkan ketahanan dan penanganan yang lebih baik atas penyakit-penyakit mematikan, seperti diabetes, kanker, gangguan jantung, dengan tanpa melupakan penyakit-penyakit menular, misalnya flu babi dan flu burung.

Terpilihnya Marzieh sebagai menteri kesehatan bermakna besar bagi sektor kesehatan Iran karena setengah dari pekerja di sektor ini adalah perempuan. Di samping itu, Iran juga memiliki sekitar 1,6 juta perempuan mahasiswi dan perempuan pelajar.

”Saya rasa kaum perempuan hari ini mencapai impian yang sudah lama dinantikan, yaitu mempunyai seorang perempuan di dalam kabinet, untuk memperjuangkan tuntutan-tuntutan mereka. Ini adalah peristiwa langka dan penting bagi kaum perempuan. Oleh karena itulah, saya menegakkan kepala saya,” kata Marzieh, seperti dikutip surat kabar Gulf Daily News.

Bagi kalangan lebih luas, kehadiran Marzieh sebagai perempuan menteri kabinet akan memperkuat klaim-klaim Pemerintah Iran selama ini mengenai kesetaraan antara perempuan dan laki-laki di negara republik Islam itu.

Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad pun tanpa perlu berkampanye lebih keras langsung menunjukkan bahwa dirinya tidak antiperempuan sebagaimana digembar-gemborkan sejumlah media Barat.

Hal itu sekaligus menjadi bukti bahwa dalam ajaran agama Islam pun tidak ada segregasi antara laki-laki dan perempuan dalam banyak hal.(Sumber: Reuters/iranonline/BBC/Kompas)
Bookmark and Share

Tidak ada komentar: